A Short Story From Senior High School: Emilly Francisca Part VI

| 31 Mei 2012
Review: Setelah hang out bersama gadis-gadis sekamarnya dan juga Laudya yang dicurigainya, Emilly akhirnya mengetahui bahwa ternyata Laudya adalah adik dari Anthony, atasannya. Emilly, Cassie, dan Laudya pun sempat merasa tidak enak karena perlakuan mereka pada Shara yang membuat ia tersinggung.
 Jam pelajaran hari ini usai, atau lebih tepatnya break panjang bagi para siswa karena dewan guru Mother Theresa akan mengadakan rapat bulanan.
Emillly, Cassie, Laudya, Eric, Louis, Paul dan Franco berjalan beriringan menuju taman. Ya, memang lain dari biasanya sebab Shara menjauh dari mereka. Mungkin dia masih tersinggung karena kejadian di restaurant itu.
“Kemarin aku melihat Shara menyendiri di depan Lab Biologi. Aku tidak berani mendekatinya, karena sepertinya dia sedang sangat marah. Apa kalian tahu apa yang terjadi padanya ?” Paul membuka pembicaraan.
“Aku tidak tahu apa yang Shara lakukan disana, tapi memang kami sedang ada masalah dengannya” jawab Cassie.
“Masalah ??? Jangan bilang kalau kau merusak gaun pestanya lagi, Cassie !?”
“Francito, aku tidak sedang bercanda. Shara sepertinya sangat tersinggung karena sewaktu di reataurant akhir pekan lalu, kami memintanya untuk menceritakan tentang keluarganya” balas Cassie.
“Apa yang membuatnya tersinggung ? Ku rasa sangat wajar bila seorang teman ingin mengetahui tentang keluarganya” kata Paul
“Hei, Franco ! Apa maksudmu manggut – manggut begitu ?” Tanya Laudya
“Aku hanya memikirkan sesuatu. Ya, mungkin saja Shara tersinggung karena dia tidak ingin orang lain tahu bahwa ayahnya adalah seorang pengedar senjata illegal atau ibunya seorang dokter aborsi, atau… mungkin juga dia punya seorang kakak yang bekerja sebagai pembunuh bayaran ??” otak bodoh Franco menghasilkan pemikiran yang sangat konyol.
“Franco, lebih baik kau diam. Karena apa yang kau katakana, tidak mungkin terjadi pada Shara. Dia gadis yang baik walau kadang memang temperamental” Cassie geram mendengar perkataan Franco.
“Apa kau juga sedang memikirkan hal konyol seperti apa yang telah dikatakatan Franco tadi,  Emi ?” Eric mengagetkan Emilly yang hanya melamun sedari tadi.
“Oh…eh…Kalian sedang membicarakan apa ? Maaf, aku tidak menyimak pembicaraan kalian. Sepertinya aku masih mengantuk karena tadi malam aku baru bisa tidur pukul 3 pagi” jawab Emilly kikuk.
“Lebih baik sekarang pergilah ke kamar mandi dan basuh wajahmu agar kau bisa lebih segar, Nn. Francisca !” nasihat Franco sambil terkekeh.
“Ya, sampai bertemu di ruang makan, Guys !” balas Emilly sambil berlalu meninggalkan teman – temannya itu.
“Panas sekali cuacanya. Untungnya break hari ini lebih panjang karena  guru – guru akan mengadakan rapat bulanan, jadi aku tidak perlu terkurung di kelas pengab itu dan harus mempelajari pelajaran yang sudah pernah kupelajari bertahun – tahun lalu itu. Jadi, setelah ini aku bisa langsung menambah nutrisi di tubuhku dengan makan siang. Ya, 5 menit lagi waktu makan siang tiba…” Emilly bergumam pada dirinya sendiri sambil tersenyum.
Saat akan memasuki kamar mandi wanita yang letaknya agak jauh dari gedung sekolah itu, Emilly mendengar suara deritan di tembok yang sangat mengganggunya. Cepat – cepat ia berjalan menuju arah suara tersebut. Saat Emilly tiba di depan kamar mandi tempat suara deritan itu terdengar, ia pun mendorong daun pintu yang tidak tertutup rapat itu. Namun Emilly begitu terkejut dengan apa yang dilihatnya kala pintu itu sudah terbuka…
Imelda Yosepha, siswi kelas X.5, tewas mengenaskan dengan tubuh yang berlumuran darah dan leher yang hampir putus. Tubuhnya tergeletak di lantai kamar mandi dan sebuah bros kepala burung elang sengaja diletakkan di atas kepalanya. Belum habis keterkejutan Emilly, dia semakin terbelalak melihat pembunuhnya sedang berdiri memandang jenazah Imelda sambil menoreh - noreh belatinya yang berlumuran darah ke tembok dinding kamar mandi itu, sehingga menimbulkan bunyi deritan yang didengar Emilly sejak tadi…
“SHARA !!!!!! APA YANG KAU LAKUKAN ?????? KAU SUDAH GILA ?????” jerit Emilly panik dan hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Apa yang kau lakukan disini, Emilly ??” Shara panik saat menyadari Emilly sudah berdiri di depan pintu.
“Ternyata selama ini, kau lah pelaku pembunuhan berantai itu. Aku tidak pernah menyangka, Shara. Ternyata kau mampu melakukan semua ini !!” Emilly menangis karena tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh teman sekamarnya itu.
“Hentikan tangisanmu, Gadis manja !!!  Atau kau akan jadi korban ku selanjutnya!?” Shara mengancam Emilly dengan belatinya yang masih berlumuran darah.
“Ya, akulah pelaku pembunuhan berantai sejak akhir libur musim panas yang lalu di sekolah ini. Aku senang sudah berhasil membunuh 5 korban selama kurang lebih 2 bulan ini. Dan hari ini, semua siswa Mother Theresa, akan menjadi kenangan. Karena kalian semua akan mati di tanganku. Imelda hanya awal yang sebenarnya tidak terencana. Sebab dia sudah mengganggu kesenanganku bermain dengan belati kecilku ini. Akibatnya, belati ku ini mengajaknya bermain dan mengakhiri hidupnya di kamar mandi ini. Sungguh gadis malang… Dan kau mau menjadi yang selanjutnya, Emilly ?” Shara tersenyum sambil memainkan belatinya di sekitar wajah Emilly yang masih shock.
“Apa maksudmu bahwa semua siswa Mother Theresa akan tewas hari ini, hah ???” Tanya Emilly mulai geram.
“Aku sudah menaburkan racun di sup yang akan menjadi menu makan siang hari ini. Itu artinya…… tidak sampai 3 menit lagi, satu demi satu, mereka akan menemui malaikat yang akan membawa mereka ke surga. Ha…Ha…Ha…Tapi sayang sekali Emi ku sayang, kau Gadis manja, tidak akan bisa berbuat apa – apa untuk membuat siswa – siswa lain dapat terus hidup !?” Shara menatap tajam ke arah Emilly.
“Sayang sekali, kau salah !”, jawab Emilly.
Dengan gerakan yang gesit ia mengelak dari Shara. Ia kemudian memukul tengkuk Shara dan berhasil melumpuhkannya.
“Maafkan aku, Shara !” ucap Emilly kemudian berlari kencang ke arah ruang makan, meninggalkan Shara yang terduduk lemas akibat pukulannya. Emilly berharap di dalam hati ia masih sempat melakukan sesuatu agar tak seorang siswa pun lagi yang menjadi korban kegilaan Shara.
“JANGAN !!!! JANGAN ADA YANG MAKAN !!!! KU MOHON ! JANGAN ADA YANG MEMAKAN SUP ITU ! PERCAYALAH PADAKU ! SUP ITU BERACUN. KU MOHON PERCAYA PADAKU !!!!!” Emilly mengerahkan segenap sisa tenaganya untuk berteriak saat ia tiba di ruang makan.
Terang saja hal ini membuat seluruh siswa Mother Theresa yang berada di ruangan itu menjadi terkejut dan menjadi panik.
“Emi, apa yang terjadi ? Apa maksudmu melarang kami untuk makan ? Dan apa ini… DARAH ??” pekik Laudya saat ia menghampiri Emilly dan melihat bercak darah yang menempel di seragam Emilly.
“Tolong katakan pada mereka, jangan ada yang memakan supnya. Shara sudah membubuhi racun ke dalam sup itu. Ku mohon…percayalah padaku…” ucap Emilly lemah.
“Laudya, suruh Anthony kemari secepatnya…,” sambung Emilly.
Seluruh siswa yang panik dan kebingungan saling bertanya – tanya dan mengurungkan niat makan mereka. Mereka memandang bingung ke arah Emilly.
Laudya pun segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Anthony.
“Mereka akan segera tiba, tapi ada apa sebenaranya ?”, Laudya masih belum mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi belum sempat Emilly menjawab, tiba – tiba…………
“Kau memang pintar, Emi. Tapi aku masih jauh lebih pandai darimu !? HAHAHA…” tawa Shara yang masuk sambil menyandera Mrs. Laurent membuat semuanya terdiam dan saling pandang dengan penuh takjub dan ketakutan. Takjub karena terkejut melihat Shara yang manis mampu melakukan hal seperti itu. Dan takut karena melihat seragam Shara yang berlumuran darah, serta melihat belati yang dikalungkan Shara di leher Mrs. Laurent.
“Memang sepertinya ini hari keberuntunganku. Tadi pagi saat aku sedang bercanda dengan belatiku, Imelda masuk ke kamar mandi dan mengantarkan nyawanya untuk ku habisi. Dan saat kau berhasil melumpuhkanku, Emilly Francisca, Mrs. Laurent masuk ke kamar mandi itu karena saat ia tidak sengaja lewat, ia “beruntung” mendengar jeritanku. Kebetulan yang menyenangkan, bukan ?” ujar Shara kemudian terkekeh.
Guru – guru dan kepala sekolah asrama Mother Theresa datang ke ruang makan itu bersama Anthony dan puluhan orang anggota kepolisian Countryside.
 -to be continued-

0 komentar:

Posting Komentar


Penguin Grumpy Mad Kawaii
 

Copyright © 2010 It's Inda Blogger Template by Dzignine