Malam ini aku mau nge-post tentang sebuah short story yang dulu pernah aku tulis pas masih aku kelas 2 apa kelas 3 SMP gitu. Hehehe..
Lupa kapan tepatnya. Yang jelas ya sekitaran itu lah :D
Oleh – Oleh Untuk Heidy
Siang itu matahari sepertinya sedang senang hati. Ia memancarkan sinar teriknya ke bumi tanpa henti. Heidy mengayuh sepedanya dengan riang menuju rumah. Ia tak sabar segara sampai ke rumah. Karena siang itu, Kak Andry, kakak sulungnya, akan pulang ke rumah setelah menyelesaikan kuliah kedokterannya di Singapura. “Kak Andry bawa apa oleh–oleh apa ya?”, Heidy tersenyum–senyum sendiri sambil membayangkan barang–barang yang mungkin akan dibawakan kakaknya itu dari Singapura.
Sesampainya di rumah, Heidy segera memarkirkan sepedanya di garasi. Ia berlari masuk rumah sambil berteriak riang, “Mamaaaaa, Kak Andry sudah datang kan?”.
Setibanya di ruang tamu, Heidy melihat mamanya bersama seorang wanita muda yang cantik. Kalau dilihat–lihat, mungkin usianya sebaya dengan Kak Andry.“Heidy, baru pulang kog udah teriak–teriak?”, tanya Mama ketika melihat Heidy tiba di ruang tamu.“He… Maaf, Ma. Heidy nggak tahu kalau sedang ada tamu. Kak Andry udah datang kan, Ma?”, tanya Heidy lagi.“Udah. Tuh lagi ada di kamarnya, mau ganti baju katanya”, jawab Mama.“Oke, Heidy ke atas dulu ya, Ma”, ujar Heidy sambil tersenyum pada tamu mama. Wanita muda itu membalas dengan senyuman yang amat manis.
“Kak Andryyyyyyyy!!!”, teriak Heidy begitu tiba di kamar kakaknya itu. “Hei, gadis manja ini udah pulang ternyata”, ujar Kak Andry sambil mengacak–acak rambut adik kesayangannya itu.“Heidy nggak manja”, jawab Heidy sambil memasang wajah kesal.“Nah, masak kedatangan Kak Andry disambut sama bibir manyun kayak gitu?”, ujar Kak Heidy lalu menggelitik pinggang Heidy. Heidy tergelak, ia paling tidak tahan geli.“Kak, oleh – oleh Heidy mana?”, tanya Heidy.“Hmmm…masak udah gede masih minta oleh–oleh?”, jawab Kak Andry acuh.“Huh, jahat… Masak nggak ada oleh–oleh apa–apa buat Heidy sih, Ka?”.“Maaf ya, Cantik. Kakak nggak sempat cari oleh–oleh. Soalnya ada banyak hal yang harus kakak urus di sana. Saking banyaknya, kakak hampir terlambat check–in di airport”, kata Kak Andry sambil meraih tangan Heidy untuk duduk di sebelahnya.“Nggak marah kan sama Kak Andry?”, tanyanya.
Heidy mencoba tersenyum walau sebenarnya dalam hati ia sedikit kecewa, “Nggak kog, Ka. Ka Andry sudah bisa pulang dan kumpul lagi di sini juga udah merupakan oleh–oleh yang istimewa buat Heidy”.“Terima kasih ya, Heidy”, dua kakak-beradik itu pun berangkulan sambil melepas rasa kangen.
“Eits, tapi Kakak masih punya surprise lho buat Heidy!”, seru Kak Andry. “Surprise???!!”, tanya Heidy. Kak Andry pun mengangguk. “Anggap aja ini oleh–olehnya”, lanjutnya sambil tersenyum. “Ayo ikut Kakak”, Kak Andry menggandeng tangan Heidy turun ke bawah.
Kak Andry membawa Heidy ke ruang tamu. Sesampai mereka di sana, ternyata Papa juga sudah pulang. Ia sedang berbincang dengan Mama dan wanita cantik tadi.“Kak, mana surprisenya?”, bisik Heidy.“Nah, ini. Masak nggak lihat?”, jawab Kak Andry sambil menunjuk ke arah wanita cantik itu.Heidy menjadi bingung.
Mama geleng – geleng kepala sambil tersenyum melihat Heidy yang kebingungan.“Heidy, kenalin, ini Kak Tiara. Dia pacarnya Kak Andry. Mereka sama–sama kuliah di Singapura”, ujar Papa.Wanita itu mengulurkan tangan pada Heidy. Heidy pun menyalami wanita bernama Tiara itu sambil tersenyum dengan wajah masih bingung. Kak Tiara pun balas tersenyum.“Sst… Papa kan baru datang, kog udah sok kenal gitu sih sama Kak Tiara?” bisik Heidy pada papanya.“Papanya Kak Tiara ini kebetulan teman kuliah Papa dulu. Sampai sekarang kami masih sering main tenis bareng. Kadang kalau Kak Andry telepon dari Singapura, Papa sama Mama juga sering ngobrol kog sama Kak Tiara”, jawab Papa.“Kog Heidy nggak tahu?”, tanya Heidy dengan wajah kesal.“Heidy kan jarang mau ngobrol sama Kak Andry lama–lama di telepon. Paling cuma nanya kabar, terus curhat soal teman–teman Heidy. Itu juga paling beberapa menit, Kak Andry belum sempat cerita banyak, Heidy udah balik ke kamar, terus ngelanjutin main komputer di kamar deh. Makanya Heidy jadi banyak ketinggalan kabar”, jawab Mama.“Aaahhhh… masak gitu sih?! Terus sekarang apalagi yang Heidy belum tahu?”, tanya Heidy dengan wajah semakin kesal.“Nah, kabar gembiranya, minggu depan kita bakal mengadakan pertemuan keluarga sama keluarganya Kak Tiara, untuk ngomongin soal rencana pertunangan Kak Andry sama Kak Tiara. Terus juga nentuin tanggal buat pernikahan mereka berdua”, ujar Mama sambil tersenyum.“Kak Andry mau nikah?” Heidy terbelalak kaget.“Heidy nggak terima. Kak Andry nggak boleh nikah!!!” seru Heidy lalu berlari ke kamarnya.
Heidy mengunci pintu kamarnya lalu duduk di sudut ranjangnya. “Heidy nggak mau Kak Andry nikah, Kak Andry nggak boleh nikah”, ujar Heidy sambil menangis. Gadis kelas 4 SD itu membayangkan betapa tidak menyenangkannya kalau Kak Andry sudah menikah nanti. “Kak Andry jahat. Dia nggak akan punya waktu lagi buat Heidy. Dia nggak akan pernah ngajak Heidy jalan – jalan lalu makan es krim coklat lagi. Padahal udah lama Heidy nggak kumpul bareng Kak Andry. Kak Andry nggak sayang sama Heidy”, ujar Heidy sambil terus menangis.
“Heidy, buka pintu donk. Kak Andry mau ngomong nih sama Heidy”, bujuk Kak Andry sambil mengetuk pintu Heidy.“Heidy, kamu kenapa sih? Biarin kami masuk, Nak. Kami mau ngomong. Sebentaaaar saja”, Mama turut membujuk Heidy.Setelah hampir 10 menit mereka berdiri di depan pintu kamar Heidy sambil membujuknya untuk membukakan pintu, akhirnya Heidy luluh juga. Ia berjalan malas ke arah pintu dan membuka kuncinya.
“Heidy, kamu kenapa ? Kamu nggak senang kalau Kak Andry mau nikah?”, tanya Kak Andry sambil melangkah memasuki kamar Heidy. Mama, Papa dan Kak Tiara juga masuk ke kamar Heidy yang sarat dengan warna biru cerah, warna kesayangan Heidy.“Pokoknya Heidy nggak mau Kak Andry nikah!!!” ujar Heidy lalu menangis tersedu–sedu sambil duduk kembali di atas ranjangnya.“Heidy, sayang. Memangnya kenapa kamu nggak mau kalau Kak Andry nikah?”, tanya Mama lalu duduk di sebelah Heidy.“Heidy nggak mau kehilangan Kak Andry. Kak Andry itu punya Heidy. Kalau Kak Andry nikah, Kak Andry nggak akan mau nemanin Heidy lagi”, jawab Heidy.Kak Andry tersenyum, lalu menarik kursi belajar Heidy dan duduk tepat di depan Heidy.“Heidy, walaupun nanti Kak Andry sudah menikah, nggak akan ada yang bakal berubah. Heidy akan tetap jadi adik Kak Andry, yang paling Kakak sayangi. Kak Andry nggak akan ninggalin Heidy apalagi ngelupain Heidy. Kak Andry akan selalu siap, kapan pun Heidy perlu buat Kak Andry temanin. Lagi pula, nanti Heidy bakal dapat kakak baru. Kan Kak Tiara juga bakal jadi kakaknya Heidy. Jadi Heidy nggak perlu sedih”, ujar Kak Andry sambil mengelus kepala Heidy.
Heidy mulai berhenti menangis. Lalu berpaling ke arah Kak Tiara yang sedari tadi diam saja.“Emangnya Kak Tiara bakal sayang sama Heidy?” tanyanya pelan.Kak Tiara lalu duduk di depan Heidy lalu menggenggam tangan Heidy.“Heidy, Kak Tiara pasti bakal sayang sama Heidy. Kan Heidy anak yang baik,” ujarnya sambil tersenyum.“Tapi kan Kak Tiara nggak kenal sama Heidy. Kata pepatah, kalau tak kenal, maka takkan sayang,” balas Heidy.“Siapa bilang Kak Tiara nggak kenal Heidy? Kak Tiara tahu lho kalau Heidy suka bangun kesiangan, suka keasyikan main komputer sampai lupa waktu, lalu Heidy paling nggak suka buncis, takut sama kucing, pokoknya hampir semua tentang Heidy, Kak Tiara udah tahu.” jawab Kak Tiara.“Pasti Kak Andry yang cerita ya?” tanya Heidy dengan wajah memerah. Tangisnya sudah mereda.“Okelah kalau begitu. Heidy setuju Kak Andry nikah sama Kak Tiara”, ujar Heidy sambil tersenyum - senyum.“Walah, Heidy… Kog bisa secepat itu berubah pikiran?” tanya Papa sambil geleng–geleng kepala. Awalnya mereka semua heran. Tapi akhirnya mereka semua tertawa melihat Heidy yang hanya bisa garuk–garuk kepala sambil tersipu–sipu.
Heidy sudah mulai membayangkan betapa asyiknya jalan–jalan bertiga bersama Kak Andry dan seorang wanita cantik yang bakal menjadi kakak barunya,Kak Tiara. Lalu ditraktir es krim coklat kesukaannya oleh kedua kakaknya itu. “Humm… senangnya”, pikir Heidy.Mmm… inilah oleh–oleh terbaik yang pernah Heidy dapatkan dari kakaknya tersayang, Kak Andry.
0 komentar:
Posting Komentar