A Short Story From Senior High School: Emilly Francisca Part IV

| 31 Mei 2012
Review: Emilly mulai mencurigai 2 orang di dalam Mother Theresa sebagai pelaku pembunuhan berantai tersebut. Yang pertama adalah Mrs. Laurent Eagle, Emilly berpikir bahwa nama belakang Mrs. Laurent, yang berarti "elang", mungkin ada kaitannya dengan barang bukti yang selalu ditemukan di TKP, yaitu bros kepala elang. Yang kedua adalah Laudya Riveira; Emilly mencurigainya karena barang-barang koleksinya yang berupa bros-bros berbentuk burung.
Sabtu, hari yang paling menyenangkan bagi penghuni asrama Mother Theresa. Karena mereka bisa menikmati liburan akhir pekannya. Pagi – pagi Emilly sudah bangun dan bersiap – siap pergi. Sedang dua rekan sekamarnya, Cassie dan Shara masih terbuai dalam mimpi indah mereka masing – masing.

Cassie, Shara…Aku pergi ke rumah Tante ku. Mungkin aku baru akan pulang nanti malam. Kalau kalian sudah bangun, segeralah mandi ! Tentu kalian tidak akan menyia – nyiakan akhir pecan ini hanya dengan tidur bukan ???

             Love, Emily
                                                                                    
Ya, sebagai teman yang baik, Emilly meninggalkan pesan sebelum pergi di secarik kertas pada kedua temannya. Lalu ia bergegas pergi. Kemanakah Emilly akan pergi ? Tante ??? Tentu saja tidak. Karena Emilly tidak mempunyai seorang keluarga pun di Countryside ini. Ia akan pergi menemui Anthony. Semalam, secara diam – diam Emilly menelepon Anthony dan mengajaknya bertemu hari ini. Tentu saja bukan untuk berkencan ataupun bersenag – senang. Tetapi ia ingin bertukar pikiran dengan atasannya itu tentang informasi yang di dapatkannya selama 3 hari berada di Mother Theresa.
“Selamat pagi, Emi ! Ku kira kau tidak akan datang. Silakan duduk” sapa Anthony sudah tiba di tempat mereka janji bertemu.
“Aku bukan tukang ingkar janji, Sir !” jawab Emi sambil tersenyum.
“Tolonglah, Emi. Aku sudah pernah mengatakan padamu kalau kau tidak perlu memanggilku ‘Sir’ kan ? Aku belum setua itu !”
That’s OK. I’ll call you Anthony, okey ?
“Yeah, kurasa itu jauh lebih baik. Baiklah, kita pesan makanan dulu, setelah itu baru kau ceritakan tentang apa saja yang kau dapatkan selama berada di sana !” jawab Anthony.
Mereka lalu memesan makanan. Sambil makan, Emilly menceritakan tentang informasi yang didapatkannya dari teman – temannya. Termasuk kecurigaannya pada Mrs. Laurent dan Laudya.
“Apa kau pernah mendapati mereka sedang melakukan hal – hal mencurigakan ? Ya…hal – hal yang tidak wajar begitu ?” Tanya Anthony.
“Kurasa tidak. Sejauh ini semua berjalan normal. Aku hanya perlu bantuan beberapa orang kita untuk menyelidiki mereka” jawab Emilly
“Jadi kau tidak sanggup menyelidiki sendiri ?? Bukankah posisimu sudah cukup meyakinkan untuk melakukan penyelidikan itu sendiri ? Emilly, itu hal mustahil bila aku mengirim beberapa orang lagi ke Mother Theresa. Aku hanya khawatir, nantinya orang – orang akan jadi curiga dan kau menjadi tidak leluasa lagi untuk melakukan tugasmu !”   
“Maaf, Anthony…Aku hanya…!!”
“Tidak, Emilly ! Aku yakin kau mampu. Kami akan selalu memantaumu. Kau harus percaya bahwa kau tidak sendiri walaupun sebenarnya kau memang sendiri di dalam sana ! Sekarang kembalilah ke Mother Theresa. Terima kasih atas informasimu. Telepon aku kalau kau mendapat informasi lain mengenai kasus ini ! Besok aku akan melaporkan semua informasi darimu ini pada Sir George. Jangan putus asa, Emi” Anthony tersenyum sambil meremas pundak Emilly yang tertunduk lesu
“Baiklah “ dengan malas Emilly berlalu meninggalkan Anthony.
“Apa aku mampu ? Ini kasus besar yang sangat rumit. Ya aku memang bangga dipercayakan dalam kasus ini. Tapi ini sangat sulit…Haruskah aku kembali ke Mother Theresa sekarang ?” Emilly berjalan dengan sejuta keraguan di otaknya.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Emilly duduk sendiri di bangku taman. Nampaknya ia masih betah melihat kendaraan yang berseliwiran di jalan kota Countryside di depannya itu.
“Emilly, hei apa ini ! Kau seorang polisi. Mengapa kau nekad menjadi polisi bila dalam hal seperti ini saja kau ingin lari !? Kau harus kembali ke Mother Theresa sekarang. Nyawa ratusan siswa di sana ada di tanganmu… “ ujar Emilly pada dirinya sendiri. Semangatnya kembali. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya dan berlari ke pinggir jalan. Setelah berhasil mencegat taksi, ia lalu kembali menuju Mother Theresa.
-to be continued-

0 komentar:

Posting Komentar


Penguin Grumpy Mad Kawaii
 

Copyright © 2010 It's Inda Blogger Template by Dzignine