October, 30th 2012
Wew..seriously, it has been a long long time since my last post :D
Well then, I have my college degree now. Unfortunately, I still haven't got my ijazah yet, so I can't apply for a job yet.
Ngomong-ngomong soal job, jadi ingat tentang beberapa program tv yang aku tonton malam ini. Apa hubungannya sama "job" a.k.a "pekerjaan"? Well, let's check it out :)
Tadi sore, aku nonton program "Orang Pinggiran" di Trans7. Seperti biasa, program ini menceritakan --no..no, kata apa ya yang tepat? Hmm.. Share? Kurang tepat juga sih. Whatever.. -- intinya program ini menayangkan tentang kehidupan orang yang bisa dibilang punya hidup ga seberuntung sebagian orang-orang lain. Bukan drama, tapi kisah-kisah nyata. Mereka yang pekerjaannya bahkan mungkin belum pernah terlintas di pikiran kita, pekerjaan yang bahkan kadang butuh nyali yang besar, banting tulang demi rupiah yang kadang ga sebanding dengan beratnya pekerjaan yang mereka lakukan. Apapun, demi bisa bertahan hidup.
Yang paling miris adalah tiap program ini menayangkan kisah hidup dimana anak-anak usia sekolah harus bolos bahkan putus sekolah demi bekerja buat nyari uang. "Buat bantu Ibu. Alhamdulillah, yang penting bisa buat makan walau sedikit." - Anak pendorong motor di satu desa di Jawa Barat (I m sorry, I really forget his name). Dear me, buat MAKAN. Mereka bahkan kesulitan buat beli bahan makanan!!!
Nah, petang ini juga aku ada nonton program "Hitam Putih", yang hostnya om-om mentalist nyentrik itu tuh (abaikan bagian ini). Episode kali ini tuh beneran bikin nangis. Gimana ga, bintang tamu yang diundang bukan cuma artis-artis terkenal yang segala kebutuhannya bisa dengan mudah terpenuhi, tapi juga ada dua anak kecil --yang kalo penafsiranku sih baru umur 10 sama 12an tahun-- yang tiap hari harus jualan cobek batu seberat kurang lebih 30kg, menyusuri jalan di daerah Jakarta Timur sejauh 15km, dengan dipikul. Ya, ga salah baca kog, DIPIKUL. Uda setaon Suriyana sama Amin ini putus sekolah. Mereka ga punya bapak. Ibunya si Suriyana katanya ga lama lagi bakal berangkat ke Arab buat jadi TKW, ninggalin dia sendirian di kota sebesar Jakarta. Sedang ibunya Amin malah ga kerja, ntah karena sakit ato apa. Dan, uda setaon itu juga dua anak ini putus sekolah. Padahal mereka berdua punya cita-cita yang tinggi, jadi dokter (mari di-Aaminkan ^^). Pedih banget rasanya pas ngedengar kalo ternyata mereka berdua ini masih pengen banget balik ke sekolah, tapi tuntutan hidup bikin mereka harus bersabar dulu (ntah sampe kapan) buat bisa kembali bersekolah.
Mereka yang berusia sekolah, yang SEHARUSNYA sedang menikmati masa-masa menyenangkannya bersekolah, terpaksa harus membantu, bahkan jadi tulang punggung keluarga buat cari uang. Memang, sekarang sekolah uda digratiskan (kecuali pungutan-pungutan liar oleh orang-orang ga tau malu yang ga puas sama gajinya sebagai tenaga pengajar), anak-anak ini ga perlu repot-repot nyari uang buat bayar sekolah lagi. Tapi ya mau gimana lagi, mereka harus cari uang buat makan. Ya, buat MAKAN.
Mengutip kata-kata Deddy Corbuzier di acara "Hitam Putih" tadi, kondisi kayak gini tuh benar-benar semacam dilema yang teramat sangat sulit. Dimana di satu sisi, anak-anak ini perlu pendidikan formal di sekolah demi bisa mencapai cita-cita mereka. Tapi di sisi lain, mereka ga akan bisa makan kalo mereka ga kerja.
Ya Tuhan, ironis memang. Indonesia bukan negara miskin, negara kita ini negara yang (sebenarnya) kaya. Cuma sayang, kekayaan yang negara kita punya ga semudah itu bisa dirasakan sama semua lapisan masyarakat.
Di saat orang-orang kurang beruntung ini tetap bisa mensyukuri sekecil apapun hasil pekerjaan halal yang mereka lakukan, perampok-perampok berdasi malah makin hari makin rakus dengan kekayaan yang sebenarnya BUKAN milik mereka. Pekerjaan kotor yang bikin orang-orang kecil makin melarat, ga punya hati, serakah, damn it!!! Jari tengah buat kalian pejabat-pejabat hina yang ga tau malu.
Sekarang cuma bisa berdoa supaya anak-anak ini selalu diberkati dengan rezeki yang melimpah, supaya one day mereka ga harus kerja keras kayak sekarang cuma buat makan. Supaya suatu hari ntar mereka bisa balik sekolah agar bisa meraih mimpi dan cita-cita yang mereka punya. Yuk Aaminin sama-sama.
Aaaaaamiiiiiin :)
Nah, sisi lain dari tayangan program-progam di atas adalah sebuah pelajaran buat kita yang lebih beruntung dibanding mereka. Kita yang mampu dan punya kesempatan buat bersekolah tanpa harus pusing-pusing mikirin ntah hari ini bisa makan ato ga. Kita yang bisa fokus buat belajar demi menggapai cita yang kita punya.
Pelajaran buat selalu mensyukuri keberuntungan yang diberikan Tuhan buat kita. Pelajaran buat ga menyia-nyiakan kesempatan yang kita punya. Pelajaran berharga yang bisa kita dapat dengan berkaca pada kehidupan anak-anak hebat itu.
Moga post kali bisa berguna yah, terutama buat aku sendiri yang uda ngetik, dan tentu buat kalian yang uda baca juga ^^
Thanks for reading by the way.
Love u. -Inda
Wew..seriously, it has been a long long time since my last post :D
Well then, I have my college degree now. Unfortunately, I still haven't got my ijazah yet, so I can't apply for a job yet.
Ngomong-ngomong soal job, jadi ingat tentang beberapa program tv yang aku tonton malam ini. Apa hubungannya sama "job" a.k.a "pekerjaan"? Well, let's check it out :)
Tadi sore, aku nonton program "Orang Pinggiran" di Trans7. Seperti biasa, program ini menceritakan --no..no, kata apa ya yang tepat? Hmm.. Share? Kurang tepat juga sih. Whatever.. -- intinya program ini menayangkan tentang kehidupan orang yang bisa dibilang punya hidup ga seberuntung sebagian orang-orang lain. Bukan drama, tapi kisah-kisah nyata. Mereka yang pekerjaannya bahkan mungkin belum pernah terlintas di pikiran kita, pekerjaan yang bahkan kadang butuh nyali yang besar, banting tulang demi rupiah yang kadang ga sebanding dengan beratnya pekerjaan yang mereka lakukan. Apapun, demi bisa bertahan hidup.
Yang paling miris adalah tiap program ini menayangkan kisah hidup dimana anak-anak usia sekolah harus bolos bahkan putus sekolah demi bekerja buat nyari uang. "Buat bantu Ibu. Alhamdulillah, yang penting bisa buat makan walau sedikit." - Anak pendorong motor di satu desa di Jawa Barat (I m sorry, I really forget his name). Dear me, buat MAKAN. Mereka bahkan kesulitan buat beli bahan makanan!!!
Nah, petang ini juga aku ada nonton program "Hitam Putih", yang hostnya om-om mentalist nyentrik itu tuh (abaikan bagian ini). Episode kali ini tuh beneran bikin nangis. Gimana ga, bintang tamu yang diundang bukan cuma artis-artis terkenal yang segala kebutuhannya bisa dengan mudah terpenuhi, tapi juga ada dua anak kecil --yang kalo penafsiranku sih baru umur 10 sama 12an tahun-- yang tiap hari harus jualan cobek batu seberat kurang lebih 30kg, menyusuri jalan di daerah Jakarta Timur sejauh 15km, dengan dipikul. Ya, ga salah baca kog, DIPIKUL. Uda setaon Suriyana sama Amin ini putus sekolah. Mereka ga punya bapak. Ibunya si Suriyana katanya ga lama lagi bakal berangkat ke Arab buat jadi TKW, ninggalin dia sendirian di kota sebesar Jakarta. Sedang ibunya Amin malah ga kerja, ntah karena sakit ato apa. Dan, uda setaon itu juga dua anak ini putus sekolah. Padahal mereka berdua punya cita-cita yang tinggi, jadi dokter (mari di-Aaminkan ^^). Pedih banget rasanya pas ngedengar kalo ternyata mereka berdua ini masih pengen banget balik ke sekolah, tapi tuntutan hidup bikin mereka harus bersabar dulu (ntah sampe kapan) buat bisa kembali bersekolah.
Mereka yang berusia sekolah, yang SEHARUSNYA sedang menikmati masa-masa menyenangkannya bersekolah, terpaksa harus membantu, bahkan jadi tulang punggung keluarga buat cari uang. Memang, sekarang sekolah uda digratiskan (kecuali pungutan-pungutan liar oleh orang-orang ga tau malu yang ga puas sama gajinya sebagai tenaga pengajar), anak-anak ini ga perlu repot-repot nyari uang buat bayar sekolah lagi. Tapi ya mau gimana lagi, mereka harus cari uang buat makan. Ya, buat MAKAN.
Mengutip kata-kata Deddy Corbuzier di acara "Hitam Putih" tadi, kondisi kayak gini tuh benar-benar semacam dilema yang teramat sangat sulit. Dimana di satu sisi, anak-anak ini perlu pendidikan formal di sekolah demi bisa mencapai cita-cita mereka. Tapi di sisi lain, mereka ga akan bisa makan kalo mereka ga kerja.
Ya Tuhan, ironis memang. Indonesia bukan negara miskin, negara kita ini negara yang (sebenarnya) kaya. Cuma sayang, kekayaan yang negara kita punya ga semudah itu bisa dirasakan sama semua lapisan masyarakat.
Di saat orang-orang kurang beruntung ini tetap bisa mensyukuri sekecil apapun hasil pekerjaan halal yang mereka lakukan, perampok-perampok berdasi malah makin hari makin rakus dengan kekayaan yang sebenarnya BUKAN milik mereka. Pekerjaan kotor yang bikin orang-orang kecil makin melarat, ga punya hati, serakah, damn it!!! Jari tengah buat kalian pejabat-pejabat hina yang ga tau malu.
Sekarang cuma bisa berdoa supaya anak-anak ini selalu diberkati dengan rezeki yang melimpah, supaya one day mereka ga harus kerja keras kayak sekarang cuma buat makan. Supaya suatu hari ntar mereka bisa balik sekolah agar bisa meraih mimpi dan cita-cita yang mereka punya. Yuk Aaminin sama-sama.
Aaaaaamiiiiiin :)
Nah, sisi lain dari tayangan program-progam di atas adalah sebuah pelajaran buat kita yang lebih beruntung dibanding mereka. Kita yang mampu dan punya kesempatan buat bersekolah tanpa harus pusing-pusing mikirin ntah hari ini bisa makan ato ga. Kita yang bisa fokus buat belajar demi menggapai cita yang kita punya.
Pelajaran buat selalu mensyukuri keberuntungan yang diberikan Tuhan buat kita. Pelajaran buat ga menyia-nyiakan kesempatan yang kita punya. Pelajaran berharga yang bisa kita dapat dengan berkaca pada kehidupan anak-anak hebat itu.
Moga post kali bisa berguna yah, terutama buat aku sendiri yang uda ngetik, dan tentu buat kalian yang uda baca juga ^^
Thanks for reading by the way.
Love u. -Inda
0 komentar:
Posting Komentar